CERPEN 31102019


Jalan Pulang

“Malam ini ramai, penuh bintang, dan sangat cerah. Aku akhirnya pulang”
-Arini Kayla Anggara-
***
Dua bulan lima hari setelah lamaran, Jam kaca dekat jendela menunjukkan pukul 23.45 namun Arini belum bisa tidur dengan pulas. Bukan tentang kantor ataupun toko sembako, semakin hari semakin gundah. Semakin bertambah keraguannya kepada Aryo yang dianggap sudah berubah. Bukan lagi Aryo yang dulu dikenalnya sebagai orang yang sederhana dan pengertian. “Jika ini jawabannya, kenapa hati ini makin ragu. Ya Allah ada apa ini?” Arini menggumam dalam pejamnya. Dibawanya ke dalam doa malam sehingga dapat menenangkannya dalam iman.
Rabu sore, mulai gerimis pertanda akan deras. Arini dan Aryo janji untuk mencari baju pengantin. Namun ternyata Indri yang datang, kakak perempuan menggantikan Aryo karena pekerjaan Aryo yang akan selesai larut malam. Sebagai seorang bussinessman, ia memang sibuk sekali. Baru kali ini, Aryo mengingkari janjinya. Bagi Rini, seharusnya Aryo mengabari sejak pagi sehingga bisa di re-schedule. Kemarahan Arini juga dapat dibaca Aryo yang sedari tadi menunggu kabar dari Arini.
Hujan kian deras, pukul 21.00 malam. Indri dan Arini masih dalam perjalanan pulang. Aryo masih belum juga diberi kabar sehingga sangat khawatir. Selepas meeting dengan klien, Aryo bergegas ke rumah Arini, mengobati rasa khawatirnya. “Tante, om Aryo bawa terang bulan itu! Ayo makan bareng” teriak Andra, keponakan Arini yang paling cerewet. Terang bulan memang selalu menang untuk Arini. Bahkan saat perang dunia sekalipun.
***
 “Assalamualaikum bapak, Arini mau bacain surat al-kahfi yaa surat favorit bapak. Dengerin ya pak.” Arini mulai mengaji. Satu persatu ayat dibacakan dengan pelan dan tenang di atas pusara atas nama Riza Anggara yang meninggal setahun yang lalu. Seperti hari-hari sebelumnya, semakin bertambah ayat yang ia baca, semakin banyak memori yang tiba-tiba muncul kembali, bersama bapak. Satu-per satu kenangan masa kecil merangkai alur baru.
Aryo hampir tiap hari datang ke makam seusai bergulat dengan bisnis. Bawa bunga mawar putih untuk bapak. Ada Arini maupun tidak. Kesibukan masing-masing kian menambah jarak diantara Rini dan Aryo. Dua bulan tanpa bertemu, sepertinya pilihan untuk menggunakan jasa event organizer adalah pilihan yang cocok. Bekerja dan mengurus pernikahan sangat mungkin dilakukan dengan mudah. Rini merasa sangat bimbang untuk melangkah, bahkan ketika ditanya soal persiapan ia hanya menjawab singkat. Kembalinya Rio membawa kenangan manis yang dulu sempat tercipta. Rio sebulan lalu datang, seseorang yang pernah dekat di bangku kuliah. Rio adalah klien Arini sekarang, kerjasama untuk setahun ke depan. Rio masih bersikap sama, sangat perhatian dan suka memberi kejutan kecil. Kemanisan sikap Rio makin membuat Arini makin gundah menjelang pernikahan yang tinggal hitungan minggu. Rio pun tahu persis bagaimana kondisi hubungan Rini dan Aryo, namun tidak merubah sikapnya. Berita ini akhirnya sampai juga ke telinga Aryo. Kabar perselingkuhan semakin menyebar di kantor Arini. Rabu pagi Aryo datang ke kantor Arini untuk mengajak Arini sarapan sambil menanyakan kembali kebenaran kabar yang beredar. Terakhir waktu ia bertanya di telepon, Rini menjelaskan bahwa Rio hanya klien saja. Langkahnya terhenti melihat Rini dan Rio di depan kantor sedang membicarakan sesuatu. Aryo yang sudah geram memukul Rio dengan kepalan tangan yang memerah. Rini mencoba melerai, namun emosi keduanya makin tersulut. Rini melerai sekuat tenaga tanpa sedikitpun menyerah. Aryo menghentikan serangannya dengan emosi tertahan. Rini menyuruh Aryo pulang dan akan menemuinya besok sore ketika emosi tidak menguasai mereka.
Keesokan sore yang berat akhirnya datang, Aryo dan Rini bertemu." Undangan siap disebar. Maaf aku tidak bisa menunjukkan indahnya cinta yang kamu harapkan. Semoga bahagia dengan yang baru." Aryo mengantarkan Rini pulang.
Pagi hari sebelum berangkat bekerja, Rini berpamitan. Ibu mendoakan keselamatan untuk Rini dan tak lupa menyuruh Rini memikirkan kembali masalah pembatalan itu dengan serius dan berdoa memohon petunjuk. Hari yang cerah untuk menjalankan kesibukan sebagai seorang designer. Walaupun makin kurus, semangat Rini membara bak bola api. Kesibukan itulah yang sejenak melupakan permasalahan pernikahan yang pelik. Rio terus saja datang, mencoba untuk mengalihkan perhatian. Rini masih teguh pendirian.
Setelah makan malam, Rini semakin sibuk dengan banyak order dan program awal bulan ini. Salah satunya ada di tanggal 23. The failed weddings day. Ibu datang membawakan Arini wedang jahe. Hujan di luar memang berdampak pada suasana hati Arini, menjadi lebih melankolis. Ibu masih disana duduk menonton tv. Rini sangat ingin menceritakan kegelisahannya pada ibu yang selalu menjadi pemberi solusi-solusi terbaik dan tidak terduga. Dengan cepat Rini menutup notebooknya."Buk, aku pengen curhat!!"
Malam panjang, tiga jam lebih mereka bertukar pendapat. Pukul 02.00 Rini masih terjaga namun bukan untuk pekerjaan.  Nasehat ibu membuat Rini teringat akan masa indah berteman dengan Aryo. "Aku menyukainya karna dia.. mmm...". Semua kenangan itu diputar oleh Rini. Bermula  pada "Clara suka sama gue" curhatan Aryo jaman kuliah. Clara adalah teman se ukm Aryo. "Wah dia cantik Yok, terima ajalah mayann" ledek Rini saat itu. "Gue gak suka Rin, anaknya endel banget, deket sama banyak cowo. Gedek gue mah" baru kali ini ada yang menolak Clara yang terkenal cantik se kampus. Dan itulah kekaguman pertama Rini pada Aryo. Dia tidak suka berpura-pura. Ingatan tersebut berjalan menuju kenangan surprise ulang tahun Aryo dimana semuanya gagal. Aryo tidak pernah suka dikasih surprise, sehingga ulang tahun Aryo malah jadi acara ngerjain tugas bersama. Ketika Rini demam berdarah, bapak satu-satunya orang yang standby di kamar inap. Sedangkan Aryo, standby menemani bapak nonton bola di jam 18.00-20.00 saja setiap hari sampai dua minggu Rini sembuh. Kenangan berlanjut saat Rini sedang bikin teh di dapur dan mendengar pembicaraan mereka sambil makan martabak "Pak, Aryo ingin sama sama Rini, buat dia bahagia."
"Kalau begitu, kamu harus sukses dulu biar bisa hidupin dia. Bapak mau dia sama sama orang yang suka kerja, Rini orangnya gampang laper."
"Yaudah kalo gitu suruh dia nunggu saya ya pak. Gak lama kok paling lima enem tahun lagi."
Mereka suka becanda sejak lama. Aryo kenal baik bapak, bahkan bapak cuma kenal teman ya sama Aryo. Makanya jadi deket gitu. Saat Aryo nyatain perasaan pun, ada di makam bapak.
"(Bernyanyi “Marry Your Daughter” lalu mengeluarkan sebuah kotak gold) Arini Kayla Anggara,  In the name of Allah, will you marry me?"
Kalung itu yang pernah diincar Rini ketika berbelanja bersama mamah Aminah, ibu Aryo. Arini sangat kaget dan tak menyangka Aryo sahabat terbaiknya akan melakukan ini untuknya. Arini menitikkan air mata sambil mengangguk perlahan. Ingatan Arini pun akhirnya sampai di acara lamaran. Dimana ia melihat sosok Aryo sangat tampan dan gagah dengan batik pekalongan itu. Dan tak terduga pujian datang dari banyak teman karena terlihat jelas bahwa Aryo sangat menyayangi Arini dan keluarga. Ibu adalah orang terakhir sampai malam itu yang memuji Arini karena begitu beruntung. Bahkan ibu pernah ngobrol sama Aryo waktu di rumah sakit, ternyata Aryo sering menemani ibu nunggu bapak di ICU. Ibu bertanya pada Aryo,"Yok, apa kamu gak capek bolak-balik ke sini?" Dia menjawab,"ibu sendiri apa capek?" "Ibu istrinya, pasti lah ibu disini. Apa kamu cinta sama Ini?" "Kata orang cinta itu Cuma bertahan sampe tiga bulan ya buk, sedangkan Aryo sama Rini sudah hampir satu dekade.” “Ku pikir karna kamu naksir Rini kamu ada di sini sekarang” “Tidak bu, kalau hanya sekedar naksir saya tidak akan kemari. Nampaknya, saya  benar-benar menyayanginya. Menginginkan bahagianya.”
***
“Assalamualaikum, mah.” sapa seseorang di telepon. “Waalaikumsalam Rin, apa kabar kamu?” sahut sang penjawab yang akhirnya diketahui sebagai Mamah Aminah. “Alhamdulillah mah. Mamah lagi apa? Arini minta maaf” “Alhamdulillah. Ini masih ngerjain rapor buat jumat. Loh kenopo lagi to nduk? Ada apa?” “Mah, Arini salah sama mas Aryo sekeluarga. Arini minta maaf mah. Arini minta maaf.” “Sudah nduk sudah, mama sudah maafkan kamu. Ndapapa lagian Aryo juga sudah ikhlas kalo ndak jodoh mungkin ini salah Aryo juga” “Makasih mah, Arini senang kalo mas Aryo sudah move on.” “Nduk, sebenernya apa kamu bener sudah gamau lanjutin ini?” “Arini sadar Arini yang salah, jadi Arini terima kalau mas Aryo sudah ikhlas buat tidak lanjut.” “Bukan begitu nduk, salah satu harus mau mulai pembicaraan tentang ini. Jangan hidup dengan presepsi, apa kamu tahu persis Aryo maunya bagaimana nduk?” “Iya mah, biarkan takdir Allah saja untuk kami, mohon doanya ya mah.” “Pasti nduk, eh nduk besok kamu bisa anterin mamah ke toko kue yang dulu kita pesen buat lamaran? Besok ada pengajian di rumah, mamah males bikin kue.” “Oh iyaa mah bisa, besok Arini jemput ya mah.” Ya dan selalu obrolan antara Arini dan mamah berlanjut sampai berjam-jam. Mamah sampai lupa masak. Dulu pernah juga sampai lupa kalau bikin bolu, akhirnya gosong.
***
Pihak wedding organizer meminta meeting terakhir untuk mengesahkan pembatalan sewa. Ternyata, pihak EO menghubungi kedua pihak yang pernah berniat menikah tersebut. Bertemu lah mereka untuk menyelesaikan persoalan sewa. Selepas meeting, Arini menghampiri Aryo untuk meminta maaf. Aryo bilang ia sudah ikhlas, semuanya bisa dihandle satu-satu. “Maaf, tapi aku ingin menawarkan kepadamu ini. Aku tidak akan tenang sebelum tawaran ini kamu dengarkan.” “Selamat untukmu dan Rio” Matanya terlihat berkedut. Tangannya menunggu untuk dijabat. Arini menyalami tangan Aryo “Kalau mas kawinnya ditambah hafalan surat Al-Kahfi aja gimana? kamu setuju?” Aryo kaget, matanya berkaca-kaca. Ia tidak yakin apa yang ia dengar itu apa benar. Apa Arini masih ingin melanjutkannya setelah 50% dibatalkan. “Aku yang lanjutin sisa persiapannya kalau kamu mau.” Tangan yang bersalaman tadi, kini sudah dilepas.
***
Rumah Arini ramai sampai malam. Penghuni rumah bertambah dengan saudara-saudara yang datang dari luar kota untuk menginap dua hari. Sangat ramai, namun dikondisikan agar tidak berantakan. Besok acara yang ditunggu sang tuan rumah akan dilangsungkan. Perhelatan sang putri bungsu, Arini Kayla Anggara.

Aryo
Kalo kamu gak bisa tidur, cepet ambil wudhu. Insyaallah kamu tenang. Sampai jumpa besok. Assalamualaikum.
Terima kasih Tuhan
Kau hadirkan sosok bapak yang cemerlang
Di dalam tubuh yang telah kau ridhai untuk ku sayang
Malam ini ramai, penuh bintang, dan sangat cerah
Aku akhirnya pulang
-Arini Kayla Anggara-
Astria Maulani Rachman, yang lahir di kota pahlawan tahun 1998. Tinggal di kota udang. Sangat suka menulis walaupun bukan mahir. Lulusan SMK Tata boga dan masih berjuang meraih gelar Ahli Madya Gizi. Tidak suka fiksi.


Comments